Friday, February 8, 2008

Bulan Tertib Kereta Api

Ada kabar yang cukup menyegarkan dari PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi Jabotabek di awal Februari ini. Terhitung 1 Februari hingga akhir bulan ini PT KA akan melakukan penertiban. Penertiban ini tidak hanya berlaku bagi penumpang, tapi juga terhadap pedagang asongan dan masinis.

Kabar menyenangkan lainnya adalah PT KA atau setidaknya seperti yang diucapkan oleh Kepala Humas PT KA Daops 1 Akhmad Sujadi, pada 11 Februari ini akan melengkapi KRL-KRL ekonomi dengan fasilitas pendingin udara atau AC.

Soal penertiban, sebenarnya PT KA sudah melakukan hal serupa pada Maret 2007 lalu. Dari hasil penertiban pada bulan Maret tahun 2007 itu, PT KA berani mengkalkulasikan bahwa pihaknya mengalami kerugian sekitar Rp6 miliar per bulan. Kerugian ini akibat masih banyaknya penumpang KA yang tidak memiliki karcis atau bayar.

Tapi rupanya masyarakat dan pegawai PT KA sendiri rupanya harus terus diingatkan. Soalnya, sampai sekarang atau setidaknya hingga 1 Februari kemarin, angkutan kereta api tidak tertib lagi. Di kereta ekonomi seolah-olah terjadi lagi perebutan tempat antara penumpang dengan pedagang asongan, pengemis, dan pengamen. Kereta jadi kumuh karena penumpang sembarangan membuang sampah. Lantai gerbong sepertinya telah menjadi bak sampah berjalan yang paling besar.

Klaim kerugian PT KA yang mencapi Rp6 miliar per bulan bisa saja salah satunya akibat terlalu banyaknya pengamen, pengemis, dan pedagang asongan. Kalau mereka ini dikumpulkan, sepertinya akan memakan dua gerbong sendiri. Dan kelompok inilah yang rata-rata tidak pernah membayar karcis.

Ketidaktertiban juga terjadi di kereta ber-AC alias yang terkenal dengan kereta eksekutif. Kereta yang nota bene diperuntukan bagi mereka yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kereta ekonomi. Beberapa kelebihan yang dimaksud antara lain pendidikan yang relatif lebih tinggi, keuangan yang relatif memadai, dan kelebihan lainnya.

Tapi rupanya kelebihan-kelebihan yang mereka miliki itu tidak berbanding lurus dengan sikapnya. Buktinya, kelompok ini juga sering berlaku tidak tertib. Bahkan berani berkolusi dengan kondektur dan masinis. Contoh yang sulit disangkal adalah modus membayar ongkos ke kondektur atau masinis. Mereka juga sering berkolusi dengan masinis untuk berhenti di sembarang stasiun dengan masing-masing penumpang cukup memberi uang antara Rp2000 – Rp3000 ke masinis atau pendamping masinis.

Penumpang KA Eksekutif juga sering tanpa malu-malu berkolusi dengan kondektur dengan membayar ongkos di atas kereta. Dengan berbagai alasan (biasanya tidak keburu beli karcis) mereka memberikan sejumlah uang ke kondektur yang jumlahnya antara Rp5000 – Rp10000 per orang. Bahkan security yang disewa oleh manajemen PT KA dengan biaya mahal pun kelihatannya menutup mata saja atas kejadian tersebut.

Dengan melihat prilaku-prilaku korup kecil-kecilan seperti ini dan berbagai ketidaktertiban pengguna kereta api, saya secara pribadi sangat mendukung adanya kegiatan bulan tertib. Bahkan bila perlu, setiap hari dijadikan hari tertib berkereta api.

Meskipun demikian, sebaiknya manajemen PT KA membuat sebuah konsep atau jalan keluar yang lebih baik untuk memperbaiki berbagai kebobrokan pelayanan kereta api ini. Saya yakin, program bulan tertib dan mengerahkan tenaga-tenaga security yang terjadi selama ini bukan sebuah solusi yang efektif. Harus ada sebuah sistem yang dapat menutup berbagai kelemahan dan kebocoran di BUMN kuda besi ini.

Selamat bekerja kereta api.

No comments: